Belajar Mencintai Tanpa Sarat Sebelum Menikah

Belajar Mencintai Tanpa Syarat Sebelum Menikah
“Aku mencintaimu karena kamu cerdas.”
“Aku mencintaimu jika kamu memperlakukanku dengan baik, jika tidak bagaimana bisa aku mencintaimu?”
“Aku mencintaimu, tetapi aku ingin memiliki anak, kalau kamu tidak bisa memberikannya, jadi aku ... .”


Apa sih itu cinta tanpa syarat? Cinta yang tidak berpengaruh terhadap apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang yang dicintai. Tidak mengharapkan apa pun sebagai balasan atas rasa cinta yang dimiliki. Maksudnya, hanya karena kita mencintai seseorang dan dia merasakan hal yang serupa, masing-masing merasa harus mendapatkan sesuatu untuk imbalannya. Untuk memuaskan perasaan itu, agar katanya dapat menjadi bahan bakar supaya cinta itu tetap utuh. Bila dia tidak mampu memberikan apa yang dimau lantas itu membuat perasaan akhirnya berakhir.


Cinta bukan yang seperti itu bukan?


Walau secara realistis dalam kehidupan pernikahan yang amat panjang itu—karena berjalan seumur hidup—cinta bukan satu-satunya hal yang bisa mempertahankan sebuah hubungan. Namun, tentu dengan cinta hubungan bisa menjadi berarti, bermakna, mengisi penuh hati. Apa, sih, nikmatnya melakukan sesuatu tanpa mampu menikmatinya? Cinta menjadi sesuatu yang bisa membuat hubungan terasa nikmat dijalani.
Lalu, apakah cinta tanpa syarat itu benar adanya?


Ada. Ada seseorang yang bisa mencintai tanpa syarat, itu menjadi pertanda bahwa cinta tanpa syarat bisa dilakukan oleh manusia kepada manusia lainnya. Siapa dia yang bisa mencintai tanpa syarat dan menjadi manusia yang patut dipelajari caranya mencintai? Yang pertama tentu nabi kepada kaumnya, Rasulullah kepada umatnya yang bahkan menitikkan air mata untuk manusia di generasi-generasi setelah wafatnya sampai di generasi sekarang ini padahal belum pernah bertemu.
Loh, itu, kan, nabi. Manusia pilihan Allah.
Lalu bagaimana dengan cintanya seorang ibu kepada anaknya? Betapa banyak sekali ibu yang mencintai anaknya, menjadi pertama yang merawat di saat anak sakit, orang yang menangis di saat anak merintih, yang rela menggantikan luka sang anak, bahkan kemudian tetap tidak berharap mendapat imbalan asal anak hidup bahagia dan cukup.


Karena manusia di muka bumi ini didominasi perempuan, bukankah berarti hampir dari mereka dapat mencintai tanpa syarat juga? Karena laki-laki terlahir dari seorang ibu yang mencintai dan mengajarinya cinta tanpa syarat, bukankah itu artinya laki-laki juga bisa?
Persoalannya adalah apakah kamu mampu dan mau atau tidak. Sebab hati ini banyak sekali maunya, hati ini diperlihatkan gemerlapnya dunia akan menjadi sangat penuh ingin, yang mana jika kita tidak mampu dan mau mengendalikannya esensi cinta itu tidak lagi bisa dirasakan. Ibu mampu meninggalkan apa pun demi sang anak, sebab ketika anak lahir, dunianya bertambah, tidak hanya bumi, tetapi anaknya. Bagi mereka sang anak adalah bumi itu sendiri. Mampu dan maukah kamu melakukan itu juga?


Mencintai tanpa syarat memang tidak semudah itu dilakukan, terkadang secara tidak sadar kita menuntut seseorang untuk menjadi sesuai ekspektasi rasa cinta itu sendiri. Walau begitu bukan sesuatu yang mustahil untuk ditanamkan ke dalam diri. Jika ibu bisa melakukannya, maka perempuan ataupun laki-laki pasti bisa melakukannya. Membentuk dunia bernama ‘dia’ yang secara sadar dipilih untuk menjadi pasangan.


Mencintai tanpa syarat akan dapat membuat pasangan ;
    •    Tidak peduli apa yang bisa dilakukan atau tidak oleh pasangan, maka mereka akan tetap mencintai. Seperti ketika tidak ada anak setelah pernikahan yang lama, pasangan tetap akan bertahan. Karena cinta itu tidak bersyarat, tidak peduli kekurangan yang dimiliki pasangan, perasaannya tetap ada. Bahkan kelemahan yang dimiliki pasangan akan membuat cinta itu ingin terus mendekap erat, agar perasaan lemah itu tidak membawa pasangan ke dalam kehancuran.


    •    Tidak akan muncul orang baru yang lebih menarik dan menawarkan hubungan yang lebih segar. Seperti yang kita ketahui bahwa hati ini akan banyak sekali ingin, ekspektasi itu kadang membuat pasangan terlihat tidak cukup untuk diri sendiri, tidak memuaskan.
Namun, apakah mencintai seseorang yang menyakiti secara mental maupun fisik, mencintai seseorang yang melarang kita bertemu orang lain, mencintai seorang pencandu narkoba yang tidak mau diberitahu jika itu salah, mencintai seseorang yang suka selingkuh dan menerima itu semua bisa disebut sebagai bentuk mencintai tanpa syarat?


Tidak, tentu bukan yang seperti itu. Jika kamu terus mencintai orang yang menyakitimu secara mental ataupun fisik, bisa jadi kamu sedang ada di fase tidak mencintai dirimu sendiri dan salah menempatkan harapan. Karena kamu berharap barangkali dia masih bisa berubah padahal karakter seseorang tidak semudah itu berubah. Apalagi jika dia merasa tidak ada yang salah dari perbuatannya, maka ia tidak akan merasa harus berubah.


Jadi, apakah kamu ingin belajar mencintai tanpa syarat? Maka belajarlah dari ibu, dari seorang ibu, dari ayah, dari seorang ayah. Tanyakan apa yang membuat mereka sanggup mencintai sang anak sebesar itu. Seperti mencintai dirinya sendiri, seperti menjaga dirinya sendiri agar tidak terluka.
Semoga selagi kamu belajar untuk mencintai tanpa syarat, seseorang yang di hatinya ada cinta yang serupa sedang mendekat kepadamu.

Lebih baru Lebih lama