Bicara pernikahan, kita tidak bisa hanya memikirkan diri sendiri, ada yang perlu dipertimbangkan baik-baik. Sebab anak tidak bisa memilih terlahir dari orang tua yang seperti apa, tetapi sebagai manusia kita tentu bisa memilih ingin bersama pasangan yang seperti apa. Allah memang telah menentukan jodoh setiap manusia, tetapi Allah pula telah memberikan kita akal untuk berpikir.
Salah satunya untuk menggunakan logika alih-alih hanya menuruti perasaan saja.
Perempuan ataupun laki-laki cenderung memakai penampilan sebagai tolok ukur, bahkan orang tua pun akan memilihkan anaknya pasangan dengan penampilan yang terlihat meyakinkan. Namun, lebih daripada apa yang tampak di luar, ada yang jauh lebih penting untuk dipertimbangkan.
Yaitu bukan seberapa banyak barang yang ia miliki, tetapi finansial orang tersebutlah yang patut kita pertanyakan. Sebab nantinya ketika menikah, hidup dua manusia ini akan betul-betul saling berbagi sepenuhnya. Justru jangan sampai ada banyak hal yang tidak mampu dikompromikan setelah menikah. Perempuan ataupun lelaki berhak mempertimbangkan apakah mampu saling membersamai sampai akhir dan berkompromi atas perbedaan-perbedaan atau keadaan calon pasangan atau tidak.
Maka, jika bertanya apakah etis membicarakan masalah finansial saat bertaaruf jawabannya adalah iya.
Masalah keuangan memang sensitif untuk dibicarakan, tetapi bukan berarti terlarang untuk menjadi topik diskusi. Karena bisa jadi dia memang tampak menjanjikan dengan penampilan yang sempurna, tetapi siapa yang tahu jika cicilannya banyak sekali? Mungkin saja gajinya bisa dikatakan banyak, tetapi bagaimana jika dia tipe yang konsumtif dalam belanja? Sampai gaji setiap bulan selalu habis dan tak bersisa atau malah menyisakan cicilan lainnya karena dia tidak mampu membendung kebiasaan berbelanjanya?
Jadi, mudah-mudahan sampai di sini kamu paham jika yang dipermasalahkan bukan seberapa banyak penghasilannya, tetapi bagaimana kebiasaannya dalam membelanjakan uang itulah yang ingin dijadikan pertimbangan. Sebab mau tidak mau ekonomi memang selalu menjadi alasan paling rentan untuk membuat suami istri bercerai.
Dikutip dari lokadata yang ditulis oleh Ayu Andini pada Desember 2019 : Data Dirjen Peradilan Agama Mahkamah Agung mencatat perpisahan karena pertengkaran penyebab paling tinggi (46.6 persen), Faktor ekonomi (28,2 persen), serta meninggalkan pasangam (18,2 persen).
Untuk itu mari kita diskusikan apa saja yang bisa dipertanyakan mengenai calon pasangan saat taaruf :
1. Apakah memiliki hutang dan latar belakang dari hutang itu sendiri
Ada seseorang yang berhutang karena membutuhkan, tetapi sebagian lainnya berhutang karena ingin memenuhi gaya hidup. Tidak semua manusia paham bagaimana cara berbelanja dan memenuhi gaya hidup yang sehat, oleh karena itu calon pasangan wajib mencari tahu ada di tipe mana pasangan taarufnya.
Seandainya dia memiliki hutang, maka tanyakan ke diri sendiri, apakah sebagai pasangan kelak kita mampu membersamainya?
2. Apakah memiliki tanggungan keluarga?
Bukan bermaksud untuk mengatur hak pasangan dalam membahagiakan keluarganya, tetapi lebih daripada itu ini bermaksud supaya calon pasangan mempersiapkan diri. Apakah tidak apa-apa jika pasangannya kelak masih harus membantu keluarganya karena ternyata ada faktor tertentu, seperti adik yang masih sekolah atau hutang orang tua dan sebagainya. Karena jika baru tahu setelah menikah dan ternyata tidak bisa berkompromi, bukankah muncul masalah yang serius?
3. Tujuan keuangan bersama.
Apakah saat ini sedang menabung untuk rumah masa depan? Atau menabung untuk lanjut pendidikan. Semuanya tentu harus dibicarakan sebelum menikah, karena bisa jadi keduanya mempunya visi dan misi yang berbeda dalam tujuan hidup yang berkaitan erat dengan keuangan.
Itu tadi adalah tiga hal yang bisa dibicarakan di fase taaruf atau perkenalan, selebihnya kedua calon pasangan bisa bertanya lebih jauh sesuai yang mereka butuhkan. Keterbukaan ini akan menjadi pertimbangan yang matang sehingga ke depannya saat menjalani kehidupan berumah tangga tidak ada hal krusial yang mengejutkan satu sama lain, yang ternyata tidak mampu diterima.
Jadi, jangan segan bicara finansial dengan calon pasanganmu dalam proses taaruf ya. Mudah-mudahan caramu berbelanja dan caranya berbelanja sejalan, sehingga nantinya tidak ada yang diperdebatkan karena satu dan lain hal.