Sebelum Memutuskan Menikah, Kamu Harus Tahu Perbedaan Antara Berbeda dan Tidak Cocok

Sebelum Memutuskan Menikah, Kamu Harus Tahu Perbedaan Antara Berbeda dan Tidak Cocok

Banyak orang bilang jika sebagai manusia perbedaan itu wajar adanya, dan tentu calon pasangan nanti juga pasti akan berbeda dengan kita. Namun, berbeda yang seperti apa sih yang diwajarkan? Karena ketika menemui kasusnya di depan mata sendiri, rasanya jadi lebih bingung. Kok begini? Apa aku yang terlalu berlebihan ya menanggapinya dan jadi baper? Apa dengan perbedaan ini kita masih bisa bersama?

Iya, terlampau banyaknya yang bilang jika perbedaan itu wajar jadi membuat kita bingung. Takut untuk memutuskan proses taaruf gagal karena calon pasangan terasa sangat berbeda dengan kita dan itu cukup mengejutkan. Sebagian juga takut memutuskan bahwa proses taaruf berjalan lancar karena berpikir jika perbedaan itu ya wajar saja.

Tentu saja kembali lagi, kita harus meminta petunjuk dari Allah. Karena lagi-lagi kita tidak pandai menilai manusia, sedangkan yang diperlihatkan di hadapan kita baru sepersekian persen dari apa adanya dia. Namun, kita bisa kok berusaha untuk mencari tahu perbedaan yang dimiliki itu berada dalam zona wajar atau tidak.

Berbeda yang bisa dimaklumi itu seperti apa sih? Lalu berbeda yang tidak bisa dimaklumi itu seperti apa? Mari kita pahami kembali perbedaan antara berbeda dan tidak cocok, apa saja tandanya?

  1. Ada perbedaan dalam langkah yang ingin diambil

Kalau ini jelas sekali ya tidak cocoknya, kalau kamu dan dia bisa berkompromi atau mengambil jalan tengahnya, tentu perbedaan ini tidak perlu dipermasalahkan. Namun, jika sudah keluar dari jalur yang kalian sendiri sudah tentukan dan saling tidak bisa menerima untuk apa lagi?

Pokok permasalahannya adalah ketika salah satu harus mengalah dan keduanya berat untuk melepaskan apa yang mereka miliki. Mungkin menikahnya perlu ditunda, mungkin salah satu impian perlu ditunda, atau memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan.

Memang ada yang pada akhirnya mengambil jalan tengah, menikah dan berpisah untuk melanjutkan langkah masing-masing. Ini tergantung bagaimana satu sama lain, jika sanggup ya silakan, jika tidak ya silakan.

Karena jodoh tidak akan ke mana, tentu saja suatu hari nanti akan kembali jika memang berjodoh.

Ini memang perbedaan yang mencolok, tetapi perbedaan yang seperti ini justru lebih mudah dibicarakan dan dicari jalan keluarnya atau untuk memutuskan ya dan tidaknya lebih ringan.

  1. Sikap mendominasi

Memang ada seseorang yang cenderung suka mendominasi, entah pembicaraan, keputusan, bahkan sampai merasa jika apa yang dia pikirkan atau putuskan lebih baik daripada orang lain. Biasanya orang seperti ini tidak sadar jika mereka sangat mengganggu, ketika orang bicara suka menyela dan mengalihkan pembicaraan yang belum selesai. Mereka juga memutuskan sesuatu atas hidup orang lain yang mana mereka pikir itu saran.

“Ini kurang bagus deh, harusnya kamu begini aja.”

“Kenapa kamu memutuskan begitu? Ada jalan yang ini dan itu kok. Jangan nyerah lah.”

Kadang ini terdengar sangat baik sebagai motivasi, tetapi jika dilakukan terus-menerus rasanya jadi makin menyebalkan. Seperti seolah kita tidak berpikir atas apa yang kita lakukan dan dia berpikir kita harus melihat dari sudut pandangnya saja.

“Udah kita gini aja, kenapa harus gitu?”

Intinya, isi pembicaraan dengannya adalah seputar apa yang dia mau, apa yang dia pecaya, dan apa yang dia pikirkan. Seolah orang lain tidak boleh ikut andil dalam menyampaikan pendapatnya.

Orang seperti ini tidak sadar jika mereka menyebalkan, kalimat ini perlu diulang sekali lagi, karena jika kamu berusaha untuk membuat mereka sadar mereka justru akan berkata kamu berlebihan. Mereka tidak merasa melakukan sebuah kejahatan dan kamulah yang pada akhirnya lelah sendiri.

Dalam hubungan pertemanan, ini masih bisa diterima karena kalian jarang bertemu, tetapi jika dalam hubungan pernikahan, apakah itu tidak melelahkan?

Ya, semua manusia hidup berpasangan memang, sifat satu bertemu sifat yang lainnya. Mungkin ada manusia yang bisa menerima ini, tetapi kamu harus dan wajib tahu risikonya untuk keberlangsungan pernikahan yang inginnya sekali seumur hidup ini.

  1. Kalian saling membandingkan

Ketidakcocokan bisa dilihat dengan cara termudah, yaitu membandingkan. Ini seperti dia menerima, tetapi juga tidak menerima dan berharap kamu seperti yang dia harapkan. Bedakan jika ini masuk dalam keinginan untuk belajar dan tumbuh bersama ya. Ini berbeda dari itu.

Membandingkan di sini maksudnya adalah kamu bersama dia, tetapi berpikir jika dia tidak lebih baik dari seseorang begitu juga dia. Kamu bisa menyadari perasaanmu sendiri, tetapi kamu tidak bisa mengetahui perasaannya.

Namun, pemikiran itu biasanya terucap loh ke mulut, hanya saja kita kadang tidak menangkap sinyal bahwa itu adalah salah satu bentuk membandingkan. Misalnya seperti, memintamu seperti orang lain, megomentari penampilanmu, atau terang-terangan bilang jika kamu seharusnya bisa seperti seseorang yang dia ketahui dan bukan lagi meminta.

Kesimpulannya, sebenarnya kita bisa tahu dan membedakan antara seseorang yang memberi nasihat untuk kebaikan kita dengan yang membandingkan. Kita bisa merasakan apakah orang tersebut mendominasi atau tidak.

Perlu kita ketahui bahwa pasangan yang baik adalah yang ;

  1. Menghargai pendapat walau sesekali berbeda
  2. Tidak membandingkan, tetapi mengajak tumbuh bersama walau cara mengajaknya tergantung kepribadian masing-masing
  3. Membiarkan kita ikut mengambil keputusan

Setelah kita mencari tahu hal itu, jangan lupa berdoa dan pasrahkan kepada Allah ya. Semoga kamu bertemu dengan orang yang tepat dan cocok denganmu walau banyak perbedaan.

 

 

 

 

Lebih baru Lebih lama